sore itu semua nampak bersenyawa
entah ilalang
entah padang
entah capung merah
entah kambing jawa
dengan tenang sungai kecoklatan sebagai penjurunya
pematang itu tampak lain
tak ada bau-baunya damai
meski buliran padinya tetap emas
meski tongkol jagungnya tetap bonggol
dan kereta itu melintas
lengkap dengan percik-percik bunganya
yang serupa kembang api anak tetangga
mengalur saja tanpa nyawa
menyanyi saja tanpa nada
begitu menghilang di horison,
tak kembali lagi
meninggalkan sesayat pandangan
di pinggir pematang
Muthia Esfand
Sunday, December 31, 2006
Dan Kereta Itu
Diposting oleh abdullah.sutopo di 8:39 PM